Perbedaan Thrifting Di Indonesia – Trifting atau berbelanja pakian bekas telah menjadi tren di banyak negara, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Aktivitas ini tidak hanya populer di kalangan pencinta fashion yang ingin mendapatkan barang unik dan murah, tetapi juga menjadi langkah yang ramah lingkungan dengan mengurangi sampah teksil. Meskipun trifting memiliki kesamaan dalam prinsip dasarnya, yaitu membeli barang bekas, terdapat beberapa perbedaan siginifikan antara trifting pakaian di Indonesia dan di luar negeri. Artikel ini akan membahas perbedaan-perbedaan tersebut, baik dari segi tren, aksebilitas, hingga budaya yang mendasari kebiasaan trifting.
1. Aksesibilitas dan Ketersediaan Toko
Di Indonesia, trifting masih relatif baru dan tidak sepopuler di luar negeri. Meskipun semakin banyak toko thrifting yang bermunculan, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogjakarta, jumlah masih terbatas di bandingkan dengan negara-negara lain. Sebagian besar toko thrifting di Indonesia biasanya di temukan di pasar tradisional khusus yang menyediakan barang-barang vintage dan branded, namun masih belum sebanyak negara-negara Barat.
Sebaliknya, di luar negeri, khususnya di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, thrifting telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. Toko thrifting sudah tersebar luas dan dapat di temukan di hampir setiap sudut kota. Banyak negara juga memiliki kedai atau toko khusus yang hanya menjual pakaian bekas. Seperti GoodWill dan Salvation Army di Amerika Serikat, atau Oxfam di Inggris. Selain itu masyarakat di luar negeri lebih terbiasa dengan budaya berbelanja barang bekas, yang membuat aksesibilitas ke toko thrifting lebih mudah dan lebih banyak pilihannya.
2. Kualitas dan Jenis Pakaian
Pakaian yang tersedia di toko thrifting di Indoensia cenderung beragam, tetapi seringkali lebih banyak di jual dalam kondisi yang sudah tidak sempurna. Anda mungkin akan menemukan pakaian yang telah usang atau memiliki kerusakan, seperti robek atau pudar. Namun, hal ini justru menjadi nilai lebih bagi sebagian orang yang gemar mendaur ulang pakaian dan menjadikannya karya baru. Selain itu, barang-barang branded atau vintage yang bekualitas tinggi lebih jarang di temukan di Indonesia. Meskipun ada beberapa toko khusus yang menyediakan barang-barang tersebut dengan harga yang relatif lebih mahal.
Di luar negeri, kualitas pakaian yang tersedia di toko thrifting umumnya lebih baik, terutama di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris, di mana budaya thrifting sudah berkembang sejak lama. Pakaian yang di jual seringkali dalam kondisi yang masih layak pakai, bahkan beberapa di antaranya hampir baru. Di banyak toko thrifting, anda bisa menemukan pakaian merek ternama, pakaian vintage, atau koleksi khusus yang bernilai tinggi. Selain itu, toko-toko tersebut juga sering mengategorikan barang-barang mereka dengan lebih rapi. Misalnya berdasarkan jenis pakaian atau ukuran, memudahkan pembeli dalam mencari barang yang di inginkan.
3. Harga dan Ketersediaan Barang
Harga pakaian bekas di Indonesia cenderung lebih murah di bandingkan dengan barang baru. Tetapi bisa bervariasi tergantung pada tempat dan kualitas barang. Terkadang, pakaian bekas di toko thrifting atau pasar loak di jual dengan harga yang sangat terjangkau. Meskipun ada juga barang-barang yang di bandrol dengan harga tinggi. Terutama jika barang tersebut memiliki merek terkenal atau dalam kondisi sangat baik.
Harga pakaian di luar negeri lebih bervariasi, tetapi umumnya ada banyak pilihan dengan harga yang cukup terjangkau, terutama di toko-toko amal atau pasar loak. Di beberapa negara, thrifting bahkan menjadi cara untuk menemukan pakaian berkualitas dengan harga yang lebih murah daripada membeli barang baru.
Baca Juga : Fashion Sebagai Alat Komunikasi Identitas Sosial